2.1 Defenisi
IUGR
(Intra uterine Growth Retardation) adalah berat badan bayi baru kurang dari
persentil 10 untuk usia kehamilan bayi, dalam artian bayi baru lahir berukuran
lebih kecil dengan usia kehamilannya. (Asuhan kebidan patologi)
2.2 Klasifikasi IUGR
Klasifikasi
IUGR / Pertumbuhan janin terhambat(PJT) yaitu:
a.
PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe
simetris. Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi tubuh
janin ntuk memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan
kromosom atau infeksi janin.prognosisnya buruk.
b.
PJT
tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.terjadi pada kehamilan 24-40
minggu, yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk memperbesar sel (hipertrpi),
misalnya pada hipertensi dalam kehamilan disertai insufisiensi plasenta. Prognosisnya
baik.
c.
PJT
tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas. Terjadi pada kehamilan 20-28
minggu,yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi antara gangguan hiperplasia dan
hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada malnutrisi ibu,kecanduan obat,atau
keracunan.
2.3 Etiologi
Penyebab
IUGR dibeadakan menjadi 3 faktor,yaitu:
a.
Maternal/ibu
seperti: Tekanan darah tinggi, penyakit ginjal kronis , riwayat Diabetes
mellitus, penyakit jantung dan pernafasan, malnutrisi dan anemia, infeksi,
pecandu alkohol, obat-obatan tertentu dan
perokok.
b.
Uterus
dan plasenta : penurunan aliran darah dari uterus ke plasenta, plasenta
abruption , plasenta previa, infark plasenta.
c.
Factor
janin antara ain : janin kembar, penyakit infeksi, kelainan kongenital,
kelainan kromosom, pajanan teratogen.
2.4 Manifestasi Klinis
Bayi-bayi yang
dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali
pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak
tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan
atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan
oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan,
atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa
kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil),
kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena
faktor-faktor lain. Beberapa diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi
kapanpun dalam kehamilan. PJT
yang muncul sangat dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan
penyakit ibu. Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya
berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan
organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup,
janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut
jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami kematian.
2.5 Faktor Resiko
1.
Ibu
yang secara konstitusional kecil
Wanita berpostur kecil biasanya memiliki bayi yang lebih
kecil. Tidak jelas apakah fenomena ibu kecil melahirkan bayi kecil bersifat
alami atau karena lingkungan, tetapi lingkungan yang disedia kan oleh ibu lebih
penting dalam menentukan berat badan lair dari pada konstribusi genetiknya.
Pada wanita yang berat badannya rata-rata atau rendah, kurangnya peningkatan
berat selama kehamilan mungkin berkaitan dengan hambatan pertumbuhan janin.
Akan tetapi,jika ibu yang bersangkutan bertubuh besar dan sehat, pertambahan
berat yang kurang dari rata-rata tanpa penyakit ibu, kecil kemungkinan dengan
hambatan pertumbuhan janin yang signifikan. Ibu hamil sebaiknya menghindari
retriksi mencolok pertambahan berat selama paruh terakhir kehamilan.
2.
Deprivasi
sosial
Efek deprivasi sosial pada berat badan lahir berkaitan
dengan efek faktor gaya hidup yang menyertainya seperti merokok, penyalahgunaan
alkohol dan zat lain, dan kurang gizi. Wanita yang paling mengalami deprivasi
sosial memiliki bayi paling kecil dan tidak adanya sumber daya psikososial,
meningkatkan resiko hambatan pertumbuhan pada janin.
3.
Infeksi
Janin
Infeksi virus, bakteri, protozoa dan spirokaeta
dilaporkan berperan sebagai penyebab pada hampir 5% kasus hambatan pertumbuhan
janin. Infeksi yang paling terkenal dari kelompok ini adalah infeksi yang
disebabkan oleh rubella dan sitomegalovirus. Hepatitis A dan B dilaporkan
berkaitan dengan pesalinan prematur,namun dapat juga menyebabkan hambatan
pertumbuhan janin. Listeriois, tuberkulosis, dan sifilis juga silaporkan
menyebabkan hambatan pertumbuhan janin. Toksoplamosisi adalah infeksi protozoa
yang paling sering dikaitkan dengan gangguan pertumbuhan janin tetapi malaria
kongenita juga dapat menyebabkan hal yang sama.
4.
Penyulit
Medis pada Ibu
Penyakit vaskular kronis, terutama jika diperberat oleh
adanya preeklamsia sering menyebabkan hambatan pertumbuhan. Preeklamsia itu
sendiri juga dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin, terutama jika
kehamilannya sebelum 37 minggu. Penyakit ginjal dapat disertai oleh hambatan
pertumbuhan janin. Janin dari wanita yang tinggal didaerah ketinggian biasanya
lebih ringan dibandingkan dengan mereka yang lahir dari ibu yang tinggal
didaerah yang lebih rendah. Janin dari wanita dengan penyakit jantung sianotik
sering mengalami hambatan pertumbuhan yang parah. Pada segian besar kasus,
anemia tidak menyebabkan hambatan pertumbuhan. Pengecualiannya antar lain
adalah anemia sel sabit atau anemia herediter lain yang berkaitan dengan
penyakit serius pada ibu.
5.
Kelainan
plasenta dan tali pusat
Sulosio plasenta parsial kronis, infark luas, atau korioangioma cenderung menyebabkan hambatan
pertumbuhan janin. Insersi marginal tali pusat dan terutama insersi velamentosa
lebih besar kemungkinannya disertai oleh hambatan pertumbuhan janin.
6.
Janin
Multipel
Kehamilan dengan dua atau lebih janin lebih besar
kemungkinannya mengalami penyulit hambatan pertumbuhan satu atau lebih janin
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Memang, hambatan pertumbuahn dilaporkan
terjadi pada 10 sampai 15 persen janin kembar.
7.
Kehamilan
ekstrauterus
Janin yang tumbuh diluar uterus biasanya mengalami
hambatan pertumbuhan. Malformasi uterus ibu juga diaporkan berkaitan dengan
gangguan pertumbuhan janin.
2.6 Mortalitas dan Morbiditas
Pertumbuhan
janin terhambat berkaitan dengan mortalitas dan morbiditas. Kematian janin,
asfiksia lahir,aspirasi mekonium, serta hipoglikemia janin meningkat, demikian
juga prevalensi kelainan perkembangan saraf. Hal ini berlaku baik bagi bayi
aterm maupun prematur.
Pertumbuhan
dan perkembangan pascanatal pada janin dengan hambatan pertumbuhan bergantung
pada kausa hambatan, gizi selama masa bayi,dan lingkungan sosial. Bayi dengan
hambatan pertumbuhan akibat faktor konstitusional ibu, kromosom,virus atau kongenital
akan tetap kecil seumur hidupnya. Merka yang mengalami hambatan pertumbuhan in utero akibat insufisiensi plasenta
sering dapat tumbuh mengejar ketertinggalannya setelah lahir mendekati potensi
pertumbuhan herediternya jika berada di lingkungan yang optimal. Demikian juga,
prognosis perkembangan neurologis pada bayi dengan hambatan pertumbuhan
dipengaruhi oleh lingkungan pascanatal. Bayi demikian yang lahir dari keluarga
dengan tingkat sosiekonomi tinggi lebih jarang mengalami masalah perkembangan selama
tindak lanjut.
2.7 Diagnosis
1.
Faktor Ibu
Ibu hamil dengan
penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada kehamilan
ganda.
2.
Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk
diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di
letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada
pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di
bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa
janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur
adalah diameter biparietal atau cephalometry angka
kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang
tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan
lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen
atau tidak, khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting
pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar kepala dengan lingkar
perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan
Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak normal pada
arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.
2.8 Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali
pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil.
Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang
kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk
pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah
kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti
hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada
kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus
dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara
klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut
disesuaikan dengan usia gestasinya.Pertumbuhan
janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak
ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang
sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
- PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus
dilakukan adalah segera dilahirkan
- PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ
harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka
amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana
umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom
serta infeksi dalam kehamilan maka
aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi
yang baik. Tirah baring dengan posisi
miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu
dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin
dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat
di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit.
Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin
serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4 minggu
b. Tatalaksana
khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya
terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil
tidak adekuat maka nutrisi harus
diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat,
penggunaan narkotik dan alkohol, maka
semuanya harus dihentikan
d.
Proses
melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus
dilakukan untuk mencegah komplikasi
setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care segera
setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena
umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah
dengan
proses melahirkan.
2.9 Prognosis
Pada kasus-kasus PJT yang
sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan
hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya.
Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun,
faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara
hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan
(prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT. Perkiraan
saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang
paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama kehamilan pada dokter, bidan,
atau perawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar